Cerita Sukses
Cerita Sukses
Tak semua orang mempunyai mimpi menjadi seorang wirausaha. Alasannya sederhana, mereka tidak memiliki mental kuat untuk menghadapi kegagalan. Namun, Nur Wahyudi tidak seperti kebanyakan orang.
Lelaki yang berasal dari Pasuruan, Jawa Timur itu memiliki cita-cita untuk menjadi wirausaha. Padahal ayahnya yang bernama Haji Hidayatullah menginginkan sang putra menjadi seorang pegawai negeri agar memiliki hidup yang terjamin.
Meski begitu, Wahyudi tetap pada impiannya. Bermacam jenis usaha pun dilakoninya tanpa pantang menyerah.
Pertama, ia mencoba untuk mejual sendok dengan menitipkannya di toko-toko. Namun, akhirnya bangkrut karena banyak orang yang kredit dan menghilang begitu saja.
Walau mengalami kebangkrutan, Wahyudi tak menyerah dan kemudian banting setir menjadi tukang rongsokan.
Pernah pada suatu hari, ia sudah membeli rongsokan milik orang lain, tapi ada orang yang menyerobot dan mengambil rongsokan tersebut terlebih dahulu.
“Mas, itu punya saya lho. Saya sudah membeli duluan," kata Nur Wahyudi memberi tahu.
“Enak aja. Ini punya saya karena saya yang sudah mengambil dulu!” Ucap tukang rongsokan yang mencuri barang rongsokan yang dibelinya.
Lelaki itu hanya bisa mengelus dada melihatnya. Ternyata jalannya bukan dijual-beli rongsokan. Mungkin ada usaha lain untuk mendapatkan rezeki.
Akhirnya, Wahyudi mencoba menjalankan bisnis tambang dari hasil pembagian warisan istrinya. la mengeluarkan uang sebanyak 42 juta untuk menyewa tambang tersebut, tapi hasilnya malah bangkrut juga. Berkali-kali bangkrut, ia tetap tak menyerah.
Sampai pada suatu hari, Wahyudi diberikan ujian lain melalui sang anak. Kala itu sang anak masih berusia sembilan bulan, namun tidak bisa buang air besar.
Wahyudi sebagai seorang ayah tak bisa diam saja. la segera memeriksakan sang anak ke dokter. Sang dokter akhirnya malah memvonis jika si anak memiliki usus yang tidak tersambung.
"Ya Allah, kenapa cobaan ini terasa begitu berat?" Dunia seolah runtuh di atas kepalanya. Tak menyangka cobaan seperti itu.
Antara percaya dan tidak pada vonis dokter yang menimpa sang anak.
"Sabar, ya, Nak? Kamu pasti bisa sehat,” kata istrinya pada sang anak yang hanya bisa menangis. Mereka berharap bahwa apa yang dikatakan dokter adalah sebuah kesalahan.
Beberapa hari berlalu, ada orang yang bernama Pak Wisnu mengenalkannya dengan produk herbal dari HNI. Beliau pun menyuruhnya untuk mencoba obat herbal tersebut.
“Coba produk herbal ini, Mas. InsyaAllah bisa sembuh,” ucap Pak Wisnu kepadanya.
"Apa sudah ada banyak testimoni yang menggunakan produk ini dan merasakan manfaatnya?" tanya Nur Wahyudi tidak yakin.
"InsyaAllah, tidak ada yang tidak mungkin jika Allah sudah berkehendak. Yang penting kita sudah berusaha dan menyerahkan hasil akhir pada Allah. Sudah banyak yang merasakan manfaatnya, apalagi ini adalah produk herbal," ucap Pak Wisnu.
"Bismillah, saya akan mencobanya," ucap Nur Wahyudi. Dengan tekun dan telaten, lelaki itu mengobati sang anak dengan produk tersebut.
Setalah terbukti bahwa produk herbal HNI luar biasa. Ia pun memutuskan untuk menjadi bagian dari bisnis halal networking tersebut pada 2006.
Pada 2013, Wahyudi pun sudah berada pada posisi LCED. Banyak dampak positif yang dirasakannya setelah bergabung di HNI. Salah satunya yaitu bisa menolong banyak orang dengan mengenalkan pada produk herbal.
Ia bahkan juga bisa menjalankan ibadah haji, membeli rumah, dan kendaraan pribadi. Setiap tahunnya, ia juga sempatkan untuk umrah bersama istri dan anaknya. Banyak sekali kisah yang berkesan dalam berbisnis HNI.
Penolakan demi penolakan dan juga penerimaan dari para mitranya selalu bisa memberikan kesan tersendiri di dalam hidupnya. Namun, tiap perjuangan yang dilakukannya memang membentuk dirinya menjadi sosok yang lebih baik lagi.
Lambat laun, Wahyudi juga tergerak untuk menciptakan lapangan kerja lewat bisnis HNI karena sangat cocok untuk mengampanyekan produk halal. la masuk ke pesantren-pesantren untuk memperkenalkan bisnis HNI, sehingga para alumni pesantren bisa mempunyai penghasilan lewat HNI.
Salah satu pesantren yang didatanginya adalah pesantren tertua di Jawa Timur, yaitu Pondok Pesantren Langitan. Banyak alumni pesantren tersebut yang kemudian ikut berbisnis HNI.
"HNI itu bukan milik per orangan, tapi milik tim yang memiliki tujuan sama, yaitu memajukan dan mengembangkan HNI," ujar lelaki yang menginginkan HNI semakin jaya, berkembang, menjadi penguasa pasar sesuai dengan tujuan pada para mitra.
PT HPAI - Halal Network International (HNI)
Head Office
HNI PLAZA, Jl. Raya Kalimalang - Billy Moon, RT 03 RW 10, Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur 13450
Leaders Office
Komplek Sentra Kota Jatibening Blok F1-F5 RT001/RW003, Jatibening Baru, Pondok Gede, Kota Bekasi, Jawa Barat 17412
Telp : 021-8690-9600
Fax : 021-8690-6645
Ikuti Kami:
Layanan HALO HNI
Tlp: Senin - Jum'at 08.00 - 17.00
Email & Telegram: 24 jam
Fanpage : pthpai
Menu Lainnya
TERDAFTAR