Cerita Sukses
Cerita Sukses
Broto adalah anak seorang tentara angkatan laut yang jarang ada di rumah karena dinas. Otomatis waktunya lebih banyak dihabiskan dengan sang ibu yang kuat dalam didikan spiritualnya, bersama kelima saudaranya yang lain di Surabaya.
Walaupun ayahnya seorang tentara, tetapi Broto dan saudara-saudaranya tidak dididik secara militer. Ia dididik dalam hal kedisiplinan dan tanggungjawab, hanya saja memang tidak seketat cerita orang.
Lulus SMA, Broto tak ingin bekerja dulu karena ia ingin kuliah di ITS dan mendapatkan pekerjaan yang bonafide. Tetapi ternyata tidak diterima, kemudian dirinya mencoba untuk mendaftar di STIKOM. Ia diterima di STIKOM, tetapi kata hatinya berkata tidak. Akhirnya, ia lebih memilih cuti dulu selama satu tahun.
Karena ia sangat ingin kuliah di ITS, tahun berikutnya kembali mendaftar dan sekaligus juga mengikuti tes masuk ke Garuda Indonesia sebagai teknisi. Kedua orang tua tak ada yang tahu jika anaknya sedang ikut tes masuk garuda sebab setahu mereka anaknya sedang melakukan tes untuk masuk ITS saja.
Siapa menyangka jika lamaran kerja ke maskapai penerbangan itu adalah satu-satunya yang ia buat seumur hidup karena sejak saat itu hingga sekarang dirinya tak pernah membuat lamaran kerja lagi.
Pendaftaran di ITS kembali gagal, tetapi ia tak pernah menyerah dan mengikuti tes di politekniknya, yang mana paralel dengan tes Garuda sampai lima bulan. Hingga akhirnya, Broto dinyatakan diterima sebagai cadangan di jurusan elektro. Akan tetapi, dirinya tak lolos lagi karena kuotanya telah terpenuhi. Lagi-lagi, saat itu bebarengan dengan kabar dari Garuda Indonesia bahwa ia diterima.
Sesampainya di Jakarta, Broto dibawa mengikuti Pendidikan Militer di SECAPA (Sekolah Calon Perwira Polri Lido Sukabumi) selama lebih dari satu bulan, lalu dikirim ke Surabaya untuk disekolahkan di Politeknik Perkapalan ITS yang bekerja sama dengan Garuda Indonesia. Impiannya kuliah di ITS akhirnya tercapai berkat diterima di maskapai penerbangan tersebut. Setelah wisuda di ITS, dirinya bekerja di Garuda Indonesia sebagai teknisi.
Broto bergabung dengan HNI sejak awal kemunculan bisnis network syariah tersebut. Bagaimana ia bisa mengenal bisnis tersebut? Rupanya karena istrinya sendiri adalah agen HNI dan sudah cukup aktif dalam bisnis syariah itu.
Lelaki itu merasa jika di dalam komunitas ini ia bisa mendapatkan banyak sekali teman-teman baru dengan berbagai latar belakang. Tali silaturrahim terjalin dengan erat ke berbagai pelosok negeri.
Sambil bekerja di Garuda, dirinya juga membawa tas ransel besar yang berisi kopi herbal HNI. Melihat tasnya yang begitu besar, teman-teman sesama teknisi dan staf lain juga dibuat penasaran tentang isi tas tersebut.
Ia lantas membongkar isi tasnya dan mengenalkan produk tersebut pada semua rekan. Begitulah salah satu strategi marketing yang dipakai Broto. Dan juga cara-cara lain dalam mengenalkan HNI di kesempatan terbatas teman-teman yang masih menyambi bekerja di tempat lain.
Seperti mitra-mitra Broto yang kerja di bagian staf diajarkan untuk meletakkan semua info-info, juga brosur di atas meja kerja untuk bisa dibaca oleh teman-temannya, membuka stand bazar produk-produk HNI bersama dengan mitra, dan lain-lain.
Broto bersyukur memiliki istri yang sangat mendukung semua langkahnya, termasuk bersama-sama membangun bisnis HNI-nya. Sang istri juga senang berkontribusi aktif dalam event sang suami. Istrinya itu menyukai event HNI dan bisnisnya, tapi merasa jika dirinya lebih cocok ada di belakang layar saja.
Bagi Broto, bisnis HNI ini tak sekadar menjual produk dan mendapatkan keuntungan saja. Baginya, HNI adalah bisnis agar bisa membina para mitra. Dalam bisnis ini, semua orang saling membantu untuk sukses bersama-sama. Senior mengarahkan yang junior dan yang lebih tahu mengarahkan yang belum tahu, serta memastikan mereka sukses dengan bisnis ini. Kekeluargaannya sangat terasa.
Selama ini, dirinya bisa menjalankan HNI dan pekerjaannya sebagai teknisi dalam waktu yang bersamaan, tetapi ketika penghasilannya di HNI sudah setara dengan penghasilannya sebagai teknisi, ia mulai merasa bimbang.
Ia bingung antara melepaskan pekerjaannya sebagai teknisi atau HNI. Ia tak mungkin meneruskan keduanya karena ia merasa tak bisa fokus dan hasilnya tidak maksimal.
Setelah berpikir matang-matang, Broto memilih untuk melepaskan pekerjaannya sebagai teknisi dan pensiun dini. Dirinya memutuskan untuk lebih fokus pada HNI. Ia yakin, bersama HNI tak sekadar muamalah saja, tetapi juga untuk kesehatan dan kesejahteraan umat.
PT HPAI - Halal Network International (HNI)
Head Office
HNI PLAZA, Jl. Raya Kalimalang - Billy Moon, RT 03 RW 10, Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur 13450
Leaders Office
Komplek Sentra Kota Jatibening Blok F1-F5 RT001/RW003, Jatibening Baru, Pondok Gede, Kota Bekasi, Jawa Barat 17412
Telp : 021-8690-9600
Fax : 021-8690-6645
Ikuti Kami:
Layanan HALO HNI
Tlp: Senin - Jum'at 08.00 - 17.00
Email & Telegram: 24 jam
Fanpage : pthpai
Menu Lainnya
TERDAFTAR