Cerita Sukses

KARENA SUKSES KITA SENDIRI YANG MENENTUKAN. SEMANGATLAH!

Aswir Jafar, LCED

Sudah sepatutnya sepasang sejoli yang menikah tak lagi bergantung pada kedua orangtuanya, melainkan berusaha sekuat tenaga untuk hidup mandiri. Terlebih jika memang kondisi orangtua masing-masing tak bisa dikatakan berkecukupan.

Bang Aswir, hidup mandiri dan menghidup dirinya sendiri sudah jadi gaya hidup. Bahkan saat kuliah di jurusan farmasi Universitas Sumatera Utara pun dengan biaya hasil keringatnya sendiri. 

Bersama sang istri, mereka nyantri di Krincing Magelang. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka berjualan kue. Saat jualannya tak laku maka jualan itu mereka santap sendiri ketimbang mubazir. 

Suatu hari, dirinya mendapat selebaran yang berisi pelatihan kedokteran islam. Sebagai orang dengan latar belakang farmasi, dirinya merasa sangat tertarik. Apalagi biayanya hanya Rp25.000 dan sudah termasuk makan siang.

"Kenapa enggak ikut daftar?" tanya dr. Irman

"Saya lagi kosong banget, Dok. Sepertinya bukan rezeki saya untuk ikut pelatihan ini," jawabnya jujur.

"Ikut saja, saya yang bayarin," timpal dokter baik hati itu.

Dengan penuh syukur, Aswir mengikuti pelatihan tersebut selama dua hari di Jogja. Dalam pelatihan itu, dirinya mendapatkan ilmu kedokteran bagi keluarga, selain itu ia juga dkenalkan dengan bisnis network syariah. Baru kali ini ia merasa sangat tertarik dengan MLM, padahal dulu tidak sama sekali.

Aswir benar-benar serius dengan bisnis barunya ini karena dalam pahamnya bisnis HNI bukan sekadar muamalah biasa, tetapi juga membawa kebaikan untuk umat. Dirinya aktif di HNI supaya bisa segera naik level dan memberikan kehidupan yang lebih layak dibanding sekarang. 

"Abi jual saja motor ini, butuh biaya untuk ke Medan dan Aceh. Doakan saja Abi supaya tetap sehat dan cepat sukses. Umi dan anak-anak sabar dulu sebentar,ya?" pintanya saat dihadapkan pada kondisi yang sangat sulit, di mana setelah pelatihan tempo hari di Jogja dirinya terbakar semangat untuk mengembangkan HNI dan sering pergi ke berbagai tempat. 

"Iya Bi, walau rasanya sulit sekali tetapi semoga perjuangan kita ini Allah berkahi dan segera ada hasilnya," jawab sang istri sambil menahan tangis. Tak bisa dipungkiri jika masa-masa awalnya di HNI begitu berat, tak jarang ia meninggalkan istri dan kelima anaknya dengan hanya ribuan rupiah untuk beberapa hari. Jadi biasanya Aswir akan mengirimkan uang hasilnya menjadi terapis ke rumah, juga kepada orang tuanya di Medan. Alhamdulillah, rezeki itu selalu ada walaupun sedikit nanti pasti naik terus. Aceh, Medan, dan Sulawesi adalah tempatnya saat awal mengembangkan mitra. 

Hari demi hari berlalu, anak-anak semakin besar dan kebutuhan hidup pun semakin banyak. Sekarang dirinya memiliki sembilan orang anak dan ia harus bekerja lebih giat lagi demi memenuhi kebutuhan mereka. 

"Abi bikin Umi cemburu dengan bisnis ini. Seakan-akan HNI itu istri Abi  dirawat dan disayang-sayang, tapi Umi ditinggal-tinggal," keluh sang istri karena Aswir fokus dengan bisnisnya. 

Keluhan sang istri yang merasa cemburu membuat dirinya berusaha untuk memperbaiki sistem kerjanya. Karena niat awalnya ingin membahagiakan istri dan anak, jangan sampai karena tujuan itu malah terlupa dengan kebutuhan quality time bersama mereka. 

Walau cemburu, tetapi Aswir begitu bersyukur sebab pernan sang istri dalam membantunya membangun bisnis begitu besar. Bisa dikatakan tanpa bantuan bidadari surganya itu, peningkatan penghasilan dari HNI tak akan ia dapatkan. 

Dengan modal istiqomah dan senantiasa meniatkan untuk berbagi kebaikan dengan orang lain, sedikit demi sedikit kehidupan ekonomi mereka membaik. Diawali dengan bonus nominal Rp10.000.000, lalu menanjak terus hingga sekarang di angka Rp70.000.000 perbulannya. 

"Sudah berapa tahun di Mekah, Pak?" tanya seorang mitra, ia baru saja berkenalan dan merasa kagum dengan sepak terjang lelaki dengan senyum kharismatik itu.

"Sekitar dua tahunan dan alhamdulillah di Mekah ini sudah mencetak beberapa member. Bahkan mereka saat kembali ke Indonesia juga langsung punya kartu member," jawab Aswir senang. 

Ia merasa bangga dan juga tak percaya, dari jualan kue sambil hidup sederhana di pesantren, sekarang bisa membuka bisnisnya sampai ke Mekah. Bahkan ada juga membernya yang berasal dari Lamongan yang merupakan pimpinan pondok pesantren. 

"Kuncinya yaitu kita harus fokus dan istiqomah, tahan uji, jangan baru mendapat ujian sedikit langsung mundur. Karena masalah sukses itu bukan kita sendiri yang menentukan, yang bisa kita lakukan adalah usaha," ujar Aswir. 

"Jika Allah berkenan, usaha itu tidak akan mengkhianati hasil. Kalo usaha kita sudah maksimal, pasti nanti hasil juga akan maksimal. Jadi saya juga belajar terus cara meyakinkan mitra, lalu juga mendidik mitra agar sama-sama sukses, bahkan lebih sukses dari saya hari ini. Jadi kita akan bahagia kalo orang di bawah kita itu menjadi orang yang sukses lebih dari kita." papar Aswir panjang lebar.

Ia tidak akan berhenti mengembangkan bisnisnya ini, tak hanya untuk menyejahterakan kehidupannya sekeluarga, tetapi juga untuk kesejahteraan umat muslim di luar sana. 



OTHER STORY

Tak Sekadar Muamalah, Passion Turut Membantu Kesejahteraan Umat
Penjual Es Teh dan Kue Pancong yang Berhasil Meraih Mimpi
Keluar dari Zona Nyaman

PT HPAI - Halal Network International (HNI)

Head Office
HNI PLAZA, Jl. Raya Kalimalang - Billy Moon, RT 03 RW 10, Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur 13450

Leaders Office
Komplek Sentra Kota Jatibening Blok F1-F5 RT001/RW003, Jatibening Baru, Pondok Gede, Kota Bekasi, Jawa Barat 17412

Telp : 021-8690-9600

Fax   : 021-8690-6645


Ikuti Kami:


Layanan HALO HNI

Tlp: Senin - Jum'at 08.00 - 17.00

021-8690-9600

+62 878-8641-6000

  +62 857-7401-7000

  +62 822-9930-5000

Email & Telegram: 24 jam

crm@hni.net

Telegram : halohnibot

Fanpage : pthpai