Mengambil Hikmah Dari Setiap Cobaan, Jadikan Sukses Sebagai Tujuan
Rahmat Hidayat
Sebagai anak dari seorang buruh bangunan dan juga tukang kue, Rahmat Hidayat dididik untuk hidup mandiri sejak kecil.
Dirinya yang merupakan anak keempat dari lima bersaudara ini pun dituntut untuk bisa berjualan, meski usianya tergolong masih belia.
Saat baru pertama kali bekerja, sang ayah wafat. Ia akhirnya menggantikan peran sang ayah untuk membiayai ibu dan adik perempuannya.
Alih-alih berdagang, Rahmat lebih tertarik menjadi pendakwah, berada di depan jemaah untuk menyampaikan syiar Islam, yang membuatnya merasa lebih hidup.
Namun, tak bisa dipungkiri, ia juga membutuhkan pekerjaan yang penghasilannya cukup untuk memenuhi semua kebutuhan rumah tangganya.
Ia bekerja untuk umat dengan ikhlas, tetapi penghasilan dari pekerjaannya sebagai pendakwah bisa dibilang sangat sedikit.
Hal ini membuat Rahmat memutuskan untuk mengambil pekerjaan lain di sebuah perusahaan asing. Ketika mencapai jabatan supervisor, ia sempat ditugaskan untuk turun ke lapangan karena staff yang mengurusi bagian itu tak masuk.
Di sana, ia mengawasi area dengan omzet yang mencapai 250 juta rupiah dalam sehari. Rahmat membatin, "Enak juga ya kalau punya bisnis sendiri dengan omzet sampai 250 juta."
Sebelumnya, ia tak pernah menyangka jika ucapannya tempo hari menjadi kenyataan bersama HNI.
Rahmat tertarik pada bisnis network syariah ini karena sistemnya berbeda dengan MLM kebanyakan. Ia merasa bahwa HNI ini sudah sesuai syariat dan halal.
Oleh karena itu, Rahmat membangun HNI dengan melakukan pendekatan berupa menjadi leader yang baik, dengan membina team secara ikhlas dan bijaksana.
Langkahnya tak selalu mulus, kadang orang menerima, tak jarang pula banyak yang menolak. Suatu saat Rahmat diundang untuk mengisi sebuah ceramah thibbun nabawi di sebuah instansi ternama.
Melihat banyaknya spanduk yang disebar, Rahmat optimis jika pesertanya bisa lebih dari 50 orang. Namun pada kenyataannya, tak ada satu orang pun yang datang. Bahkan setelah dilakukan pengumuman, hanya lima orang yang datang.
"Bismillah. Saya yakin bahwa ketika akan berbicara atau ceramah tentang kebaikan dan saya jelaskan apa itu halal, insyaAllah akan selalu ada jalan," batinnya sebelum memulai ceramah.
MasyaAllah, ternyata dari lima orang yang datang itu semuanya langsung bergabung dengan HNI. Itulah bentuk pertolongan dari Allah.
Selama menjalankan HNI, ia senantiasa menjalankannya sesuai dengan arahan dari mentor dan pemahamannya.
"Sistem ini harusnya dibangun, jadi kalau sistem dibangun itu kita sedang mengelola hidup dan maka akan berjalan, jadi di HNI pun sama seperti itu," pikirnya.
Rahmat merupakan seorang yang gigih dan telaten. Hal itu dibuktikan dalam tiga bulan aktif di HNI, dirinya sudah mencapai di level LED.
Sekarang, ia sudah mencicipi berbagai hasil dari kerja kerasnya. Salah satunya sudah umroh, bahkan dilakukannya tiap tahun. Alhamdulillah, dirinya juga bisa melakukan santunan anak yatim setiap bulannya.
Tak sampai di situ saja, dirinya juga ingin membangun pesantren Alquran gratis. Untuk sementara ini, ia menjalankan rumah tahfidz dan madrasah pengajian anak-anak dulu.
"Saya juga ingin dalam dua tahun ini bisa memiliki sepuluh ruko dan itu harus santri saya yang pegang, berarti ada sepuluh LED," tuturnya berharap diselipi doa.
la yakin jika melibatkan Allah di dalam setiap langkah akan selalu ada kemudahan untuk menjalankannya. Pendekatan yang dilakukannya secara agamis, seperti karakter, akhlak, dan memberikan dukungan untuk setiap individu supaya maju.
OTHER STORY
HNI Untuk Kesuksesan Dunia dan Akhirat
Naluri Seorang Ibu Membawa Berkah
Sukses Membangun Bisnis Bersama Pasangan Sangat Berarti