Cerita Sukses

Habis Gelap, Terbitlah Harapan dari Bisnis Halal

Angga Prasetyo

Banyak orang beranggapan bahwa semakin besar modal, semakin besar pula hasil yang akan didapat. Namun, kenyataannya tak selalu demikian. Angga Prasetyo, seorang pemuda asal Solo, membuktikan bahwa modal besar juga bisa berarti risiko bangkrut yang besar.

Sejak kecil, Angga sudah akrab dengan dunia dagang. Ayahnya seorang wirausahawan kebun nanas sekaligus pedagang buah. Maka tak heran bila darah dagang begitu kuat mengalir dalam dirinya. Saat bekerja di perusahaan tambang di Kalimantan, ia hanya bertahan dua tahun. Hatiku bukan di sana, pikirnya. Ia lebih yakin passion sejatinya ada di dunia usaha.

Dengan penuh semangat, Angga membuka usaha rumah makan dan penerbitan. Ia yakin keduanya punya prospek cerah. Namun, kenyataan tak seindah harapan. Alih-alih berkembang, penghasilan justru semakin menurun. Angga terjebak pada mimpi besar, tapi kurang bekal skill dan pengetahuan bisnis. Akhirnya, usaha itu gulung tikar.

Kerugiannya luar biasa. Semua aset habis terjual demi membayar utang. Ia dan istri pun harus hidup mengontrak dalam kondisi memprihatinkan.

Di tengah keterpurukan, Allah membukakan jalan. Angga yang saat itu membutuhkan obat herbal, dipertemukan dengan iklan produk HNI di Facebook yang diposting oleh Noviyanto Ikhsan K. dan Ahmad Syarif. Ia penasaran, lalu mulai mencari tahu.

Sang istri sempat ragu, “Semua aset sudah terjual, mau modal apa untuk bisnis lagi, Mas?” Namun Angga berusaha menenangkan istrinya. Ia yakin, doa dan tekad kuat bisa menjadi modal utama.

Keyakinan itu semakin kokoh ketika ia bertemu dengan Ustaz Nasruddin, seorang mentor HNI. Ustaz memberi motivasi, “Saya dari keluarga sederhana saja bisa hidup layak karena tekun di bisnis ini. Kamu pun bisa, asal mau belajar dan berusaha.” Kata-kata itu menyalakan kembali semangat Angga.

Meski awalnya tanpa modal, ia beranikan diri bergabung dengan HNI. Tantangan langsung menghadang—keluarganya menolak, melihat rekam jejaknya yang baru saja bangkrut. Namun Angga tak goyah. Ia mulai membangun jaringan dari teman-teman lama, yang tidak tahu kondisi sebenarnya. Dengan sikapnya yang ramah dan supel, ia berhasil menumbuhkan kepercayaan orang.

Perjuangannya tak main-main. Kadang ia harus tidur di musala atau pom bensin demi mengejar peluang. Ia bahkan pernah menunggu berhari-hari hanya untuk bisa bertemu dengan Pak Firly, seorang leader HNI. Saat akhirnya bertatap muka, Pak Firly berkata, “Saya yakin dengan mental seperti ini, Mas Angga bisa jadi leader muda HNI yang memecahkan rekor.”

Ucapan itu menjadi cambuk penyemangat. Angga belajar dari kegagalan lamanya: bisnis tak cukup hanya dengan semangat, tapi butuh skill dan knowledge. Ia pun giat menimba ilmu dari para mentor, yang memperlakukannya seperti keluarga. Perlakuan itulah yang kemudian ia tularkan pada mitra-mitranya.

Perjalanannya penuh liku. Saat merantau ke Tegal, ransel berisi produk HNI dan uangnya dicuri orang. Hanya tersisa receh di saku. Namun justru dari titik nol itulah ia bangkit. Ia mulai memperkenalkan HNI di kota bersejarah itu, hingga usahanya berkembang dan merambah ke daerah-daerah sekitar.

Kini, Angga bukan lagi pemuda yang nyaris putus asa karena kebangkrutan. Ia menjadi sosok tangguh yang menjadikan HNI sebagai jalan bangkit, jalan dakwah, sekaligus jalan rezeki. Dari kisah jatuh bangun ini, Angga membuktikan bahwa semangat, doa, dan ilmu bisa mengalahkan keterbatasan modal.

OTHER STORY